EQUATOR--Teka-teki siapa yang akan maju mengayuh perahu Partai
Golkar ke Pilkada Kalbar 2012 terjawab sudah. H Morkes Effendy SPd MH,
kader internal partai berlogo pohon beringin yang akhirnya dipilih DPP
PG untuk bertarung memperebutkan kursi KB1. Wakil Ketua DPP PG Fadel
Muhammad ditugasi ketua umum untuk menyerahkan surat keputusan
penunjukan tersebut,
Mengapa PG memilih kader internal? Sebagai partai besar dengan struktur organisasi paling mapan di republik ini, tentu saja memiliki kader dan kaderisasi yang sudah mumpuni. Kendati pintu terbuka untuk figur di luar partai, namun akan menjadi gengsi jika memilih orang luar. Dan untuk calon wakil dapat dimaklumi secara politis adalah karena faktor popularitas, elektabilitas, dan tentu saja pendulang suara.
Sebelumnya memang terjadi semacam polemik, lantaran DPD PG tidak meloloskan Mayjen TNI Armyn Angkasa Alianyang ke DPP PG. Namun Morkes atau DPD PG tidak begitu peduli dengan protes kubu Armyn. Semua DPD, DPC, hingga PAC sudah sepakat tenaga dan pikiran hanya untuk menghadapi pilkada.
Dengan demikian, Morkes yang didukung oleh DPC sampai PAC se-Kalbar sudah dipastikan akan mempermudah konsolidasi. Hanya saja, militansi yang dibutuhkan dari semua anggota dan simpatisan agar Morkes bisa bersaing dengan lawan-lawannya. Mesin politik Partai Golkar juga gampang dijalankan jika bahan bakar dan pelumas lancar. Selebihnya, bagaimana Morkes dan pasangannya meyakinkan para konstituen untuk tidak ragu memilihnya.
H Morkes Effendy SPd MH sudah memilih pasangannya: Ir H Burhanuddin A Rasyid. Pilihan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Golkar tentunya punya perhitungan lumayan cermat atas usulan DPD dan DPC. Pilihan DPP PG setidaknya memahami bahwa Morkes bukan orang baru di dunia politik dan birokrasi. Sempat memimpin Ketapang dua periode menjadi modal awalnya untuk terus bergelut menuju puncak eksekutif.
Bagaimana dengan Burhanuddin? Figur sentral pesisir utara Kalbar beberapa tahun lalu itu memang cukup spektakuler ketika meraih suara pemilihnya. Bahkan sampai sekarang masih memiliki pemilih fanatik. Pria kelahiran Tebas, 3 November 1952, itu sudah tidak asing lagi di masyarakat kawasan pantai utara meliputi Sambas, Singkawang, dan Mempawah.
Tidak berlebihan kalau akhirnya PG menentukan pilihan pada pasangan yang memiliki karisma di daerah pemilihan masing-masing. Terlebih, sebagai kader Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga memiliki mesin politik lumayan laju di di pesisir dan pedalaman, akan membantu pasangan tersebut melaju ke pilgub.
Tidak berlebihan jika hari ini publik menilai duet Morkes-Burhanuddin sebagai pasangan ideal. Bagaimanapun kuatnya partai, tentu figur sangat menentukan. Dukungan mesin partai adalah power untuk memenangkan suatu pertarungan. Hanya saja, yang menentukan adalah rakyat sebagai konstituen. *
Mengapa PG memilih kader internal? Sebagai partai besar dengan struktur organisasi paling mapan di republik ini, tentu saja memiliki kader dan kaderisasi yang sudah mumpuni. Kendati pintu terbuka untuk figur di luar partai, namun akan menjadi gengsi jika memilih orang luar. Dan untuk calon wakil dapat dimaklumi secara politis adalah karena faktor popularitas, elektabilitas, dan tentu saja pendulang suara.
Sebelumnya memang terjadi semacam polemik, lantaran DPD PG tidak meloloskan Mayjen TNI Armyn Angkasa Alianyang ke DPP PG. Namun Morkes atau DPD PG tidak begitu peduli dengan protes kubu Armyn. Semua DPD, DPC, hingga PAC sudah sepakat tenaga dan pikiran hanya untuk menghadapi pilkada.
Dengan demikian, Morkes yang didukung oleh DPC sampai PAC se-Kalbar sudah dipastikan akan mempermudah konsolidasi. Hanya saja, militansi yang dibutuhkan dari semua anggota dan simpatisan agar Morkes bisa bersaing dengan lawan-lawannya. Mesin politik Partai Golkar juga gampang dijalankan jika bahan bakar dan pelumas lancar. Selebihnya, bagaimana Morkes dan pasangannya meyakinkan para konstituen untuk tidak ragu memilihnya.
H Morkes Effendy SPd MH sudah memilih pasangannya: Ir H Burhanuddin A Rasyid. Pilihan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Golkar tentunya punya perhitungan lumayan cermat atas usulan DPD dan DPC. Pilihan DPP PG setidaknya memahami bahwa Morkes bukan orang baru di dunia politik dan birokrasi. Sempat memimpin Ketapang dua periode menjadi modal awalnya untuk terus bergelut menuju puncak eksekutif.
Bagaimana dengan Burhanuddin? Figur sentral pesisir utara Kalbar beberapa tahun lalu itu memang cukup spektakuler ketika meraih suara pemilihnya. Bahkan sampai sekarang masih memiliki pemilih fanatik. Pria kelahiran Tebas, 3 November 1952, itu sudah tidak asing lagi di masyarakat kawasan pantai utara meliputi Sambas, Singkawang, dan Mempawah.
Tidak berlebihan kalau akhirnya PG menentukan pilihan pada pasangan yang memiliki karisma di daerah pemilihan masing-masing. Terlebih, sebagai kader Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga memiliki mesin politik lumayan laju di di pesisir dan pedalaman, akan membantu pasangan tersebut melaju ke pilgub.
Tidak berlebihan jika hari ini publik menilai duet Morkes-Burhanuddin sebagai pasangan ideal. Bagaimanapun kuatnya partai, tentu figur sangat menentukan. Dukungan mesin partai adalah power untuk memenangkan suatu pertarungan. Hanya saja, yang menentukan adalah rakyat sebagai konstituen. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar